Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

widgeo

Rabu, 09 November 2011

Sebuah Kenyataan, Impian Anak Broken Home

Darren adalah anak muda berusia 16 tahun, namun hidupnya terdewasakan oleh keadaan. Ayah ibunya bercerai saait dia berusia 2 tahun, kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang supir serabutan, dalam perkawinannya mereka mempunyai dua anak. Tinggal bersama ayah tiri dengan dua adek tiri diusia terbilang muda membuatnya tumbuh menjadi lebih dewasa, di 6 tahun dia sudah harus merawat adeknya yang masih kecil, jika ada sedikit kesalahan selalu dia dipukuli. Kekerasan secara fisik sering dia rasakan, sampai akhirnya di usia 15 dia pergi dari rumah dan lari ke rumah ayah kandungnya.
Ayah kandungnya bekerja dikantor pemerintah, istrinya janda dengan dua anak dan seorang anak lagi dari hasil perkawinan mereka. Darren melihat, ada harapan jika dia tinggal dengan keluarga baru ayahnya. Tapi sayang kenyataannya pun tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Ayahnya adalah penjudi, walaupun dia bekerja di kantor pemerintah tapi uangnya habis untuk bertaruh di meja judi. Istilah kasarnya hidupnyapun di biayai istrinya, dia tidak punya apa-apa kecuali badan. Alhasil, Darren hidup seperti keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya. Tak ada yang sempurna, tak ada yang bisa dia jadikan pegangan.
Darren menjadi sosok yang sangat tidak peduli, dan hidup dengan kebencian. Kecewa, karena hal-hal yang dijanjikan jauh dari kenyataan. Hal-hal yang dia inginkan semakin tidak mungkin diwujudkan. Dia menjadi anak nakal, suka bolos sekolah. Selalu menuntut ini itu, dan jarang mau berkomunikasi dengan baik.
Bermimpi…. itu memang perlu. Karena kata Nidji, mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berharap, itu harus karena dalam harapan ada energi positif atas sebuah usaha seseorang. Energi positif tersebut yang membuat orang menjadi seperti mempunyai pendar-pendar cahaya di atas kepalanya. Sebagai manusia, kita harus mempunyai mimpi dan harapan agar hidup kita tidak seperti berjalan tanpa arah, bagai berlayar dilautan tanpa kompas dan menatap langit. Karena Tuhan pun sudah memjadikan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum tersebut tidak mau berusaha untuk merubahnya sendiri. Pilihan dalam hidup bagai persimpangan yang misterius, kita tidak tau akan ada apa di sepanjang jalan itu. Tentu, kita masih bisa melihat rambu dan peka terhadap pertanda, tapi selalu ada badai tak terduga. Jadi waspada harus selalu menjadi bekal.
Kenyataannya, hidup memang tak selalu sempurna, banyak orang harus terus lama terhenti di suatu tempat karena keadaan, banyak orang yang harus menunggu sebuah keajaiban dalam pengharapan panjang, banyak orang yang harus jalan ditempat dalam meraih mimpi dalam hidupnya, dan banyak orang yang harus berpikir ulang atas cita-citanya.
Itulah kenyataan, bahwa pilihan yang kadang kita harapkan bisa mengubah suatu keadaan ternyata tidak sesuai dengan harapan. Sekali lagi, itulah kenyataan. Ikhlas itulah kuncinya, bagi anak seusia Darren sangat sulit kata itu terucap, keculai jika dia pribadi yang dewasa. Jangankan Darren, kita yang sudah dianggap dewasa dalam umur, ketika banyak hal yang kita inginkan tidak tercapai atau tidak sesuai dengan prediksi kita. Masih saja kita bersikap kekanak-kanakan. Mengeluh. Berteriak. Mengumpat. Ah… tapi selalu kita harus kembali sadar, bahwa itulah kenyataan. .

0 komentar:

Posting Komentar